"Tolong."
Desah suara yang tidak asing di telinga Inji menggema sampai ujung lorong asrama perempuan.
Ah, cewek fanatik teori kucing schrödinger itu berulah lagi.
Dugaannya salah, suara itu berasal dari otaknya sendiri.
-time wrap-
Inji terdiam, dia samasekali tak mengenali tempat ini. Dan dihadapannya sudah ada pemilik dirinya.
"Deras juga hujannya. Beruntung kita sudah berteduh di kafe ini," kata Electra sembari mengaduk tehnya yang baru diberi susu. "Halo. Kita bertemu lagi."
"Rasanya ada yang berbeda dari dirimu. Matamu, ya matamu kenapa, Nji?" Lanjutnya.
Inji menggeleng pelan.
"Sudahlah, mengaku saja. Kau sudah tidak tidur berapa hari?"
"Lima."
Mereka tertawa.
"El, aku sungguh berhutang padamu. Kemarin malam itu..."
"Tak perlu dibahas, aku sudah tau itu. Kau hanya perlu istirahat sekarang."
[System database turned off]
"Maafkan aku, Nji. Demi kebaikanmu."
"Malam itu memang, memang malam paling bangsat yang pernah kau alami. Kau dimangsa oleh virus ciptaanmu sendiri, tanpa sadar. Kalau aku tidak cepat melumpuhkanmu, entahlah...mungkin kau akan menggali kuburanmu sendiri." gumam Electra ketika mengetik ulang script program ke harddisk milik Inji.
-time wrap-
"Tolong."
Ah, cewek fanatik teori kucing schrödinger itu berulah lagi.
-
Komentar