Langsung ke konten utama

Paranoia #5: El dan Deja vú

"Tolong."
Desah suara yang tidak asing di telinga Inji menggema sampai ujung lorong asrama perempuan.
Ah, cewek fanatik teori kucing schrödinger itu berulah lagi.
Dugaannya salah, suara itu berasal dari otaknya sendiri.
-time wrap-
Inji terdiam, dia samasekali tak mengenali tempat ini. Dan dihadapannya sudah ada pemilik dirinya.
"Deras juga hujannya. Beruntung kita sudah berteduh di kafe ini," kata Electra sembari mengaduk tehnya yang baru diberi susu. "Halo. Kita bertemu lagi."
"Rasanya ada yang berbeda dari dirimu. Matamu, ya matamu kenapa, Nji?" Lanjutnya.
Inji menggeleng pelan.
"Sudahlah, mengaku saja. Kau sudah tidak tidur berapa hari?"
"Lima."
Mereka tertawa.
"El, aku sungguh berhutang padamu. Kemarin malam itu..."
"Tak perlu dibahas, aku sudah tau itu. Kau hanya perlu istirahat sekarang."
[System database turned off]
"Maafkan aku, Nji. Demi kebaikanmu."
"Malam itu memang, memang malam paling bangsat yang pernah kau alami. Kau dimangsa oleh virus ciptaanmu sendiri, tanpa sadar. Kalau aku tidak cepat melumpuhkanmu, entahlah...mungkin kau akan menggali kuburanmu sendiri." gumam Electra ketika mengetik ulang script program ke harddisk milik Inji.
-time wrap-
"Tolong."
Ah, cewek fanatik teori kucing schrödinger itu berulah lagi.

-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Badai Pasti Berlalu

Ketika saya mulai membuka diri tentang depresi dan borderline ke teman-teman dan mereka bilang, "padahal selama ini kamu terlihat normal" Gini, Saya normal. Saya masih bisa mengerjakan skripsi dan bekerja. Hanya saja kadang terganggu dengan moodswing yang ekstrim. Saya juga punya ketakutan yang ekstrim akan penolakan. Ditolak ketemuan sama teman, ditolak dosen, dan sebagainya. Pernah ada yang bilang, "kamu sakit begitu karena kurang bersyukur sih," atau "kurang solat kali lu" Hehe, saya cuma bisa ketawa aja. Wong dia gak tau kayak gimana usaha saya buat sembuh. Saya maafkan atas ketidaktahuan dia. Kalau selama ini kamu kira bahwa seorang yang depresi hanya ingin bahagia, tidak seperti itu. Bukan itu yang saya rasakan. Saya hanya ingin rasa sakit tersebut hilang dengan cara apapun. Termasuk menyakiti diri sendiri sampai bunuh diri. Sering kali terlintas di pikiran saya untuk menjemput kematian. Tapi sebenarnya hal itu tidak mudah. Meskipun s...

Want what you have

Society says when you have these things, you'll be happy. What have you wanted desperately for years...and finally gotten?  Remember what it was like not having it? Now think about what it is like having it. Ready to die happy?  ...Me either. Happiness does not come from getting you want. You'll feel happier when you want what you get. In other words, you're content with what you have now. The less I want. The more I get. The exact opposite way most of the society operates.  Life is full of paradoxes, isn't it?