Langsung ke konten utama

Mi Alter Ego: Self Talk

Intan: Perhatian, semuanya.
Intan: Semuanya, Perhatian.
Intan: Malam ini, saya butuh kekompakan kalian.
Intan: Kalian sungguh berarti banyak untuk kehidupan saya selama tiga tahun belakangan ini.
Intan: Dengan kalian, saya bisa tau bagaimana rasanya 'dunia' di luar jendela.
Intan: Dengan kalian pula, saya bisa tau bagaimana rasanya sibuk bermain bersama kalian seharian, di dunia kita ini.
Intan: Namun seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia. mengingat saya akan berkepala dua..
Intan: Maka, saya, si pemilik kepala,
Intan: Dengan sangat senang hati, saya akan mengusir kalian dari medan pertempuran pikiran-pikiran yang harusnya kalian hanya ada di dalam tinta pena.

Inji: Gak mungkin.
El: Lo pasti bercanda, kan?!!
Kath: What. Why.

Intan: Saya serius dengan keputusan ini.
Intan: Ini kepala saya.
Intan: Saya berhak atas tempat tinggal saya, apakah akan dibuat nyaman atau dibuat berantakan. Semuanya saya yang atur.
Intan: Kalian harus terima kenyataan,
Intan: Kalian hanyalah karakter yang saya mainkan.
Intan: ...karakter.
Intan: Kalian tidak nyata, mengerti?

semuanya diam, mengangguk setuju. menyadari bahwa semuanya murni skenario Intan.

Kath: pure evil.
Inji: monster.
El: anjing, bangsat emang.

Intan: Menyesal telah kuciptakan?
Intan: Sekarang, saya kasih kalian pilihan.
Intan: Saya usir, atau kalian yang angkat kaki.
Intan: Saya beri kalian kesempatan untuk bicarakan ini secara damai, sampai tahun depan.

-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paranoia #01

Dipertemukan dengan kalkulus rasanya seperti melihat bom waktu atau microwave. Bahkan lebih mirip seperti memegang batang bunga euphorbia. Sakit. Tapi teradiksi. Mendadak, kilatan putih menari-nari di hadapannya. Listrik yang berbentuk gumpalan rambut bercabang menari di atas kepalanya. Petir, begitu manusia menyebutnya. Inji begitu gundah, diiringi irama tubuh kerajaan awan, suara hujan mengantarnya ke dimensi lain. Dimana dimensi tersebut Ia dapat melihat tarian petir itu makin progresif. Sekali lagi, Inji mengalami halusinasi. Angka-angka di dalam modul matematikanya bergerak, berpindah keluar dari halaman buku. Awalnya mereka ramai berkerumun, kemudian membentuk barisan dan kembali lagi ke tempat masing-masing sambil menyanyikan lagu berbahasa Rusia. Mereka pikir, ini adalah medan perang. Mungkin ada benarnya. Mereka berusaha memberitahuku. Ini perang, pikirnya dalam-dalam kemudian teringat kuis dosennya yang diadakan esok pagi. "Terima kasih, kartesius." bisiknya ge...

Lightworking

Waning Gibbous. 🌓 Beberapa hari setelah full moon, saatnya mencoba meditasi ngelepasin residu buruk, divisualisasikan dengan cara dikonversi menjadi daun kering lalu dibakar, asapnya dibiarkan terbang ke langit. Hilang. Electra muncul, mukanya sedih. "Kamu mau bakar aku juga?" ujarnya pilu. Lemes. Kami diam. Kathreen datang menengahi. "Kalau kamu mau lepaskan kami, silahkan. Kami sudah dan cukup untuk kamu," "kami sudah dan cukup untuk kamu." Tegasnya. Dadaku sesak, rasanya seperti akan menangis sesenggukan. Siapa pula yang akan menjadi pelarianku nanti kalau bukan kamu, Kath? Siapa yang akan berani nonjok orang yang mencederai harga diriku kalau bukan kamu, El? Ada bayangan leluhur dan archangel sekelibat. "Ada kami." ⭐