Langsung ke konten utama

Mi Alter Ego: saya bisa apa?

inji: udah ngerasa begini belom? pernah deg-degan gemeteran tapi geregetan trus gabisa escape rasa itu?
el: lu nyembunyiin rahasia gede yah?
inji: peka dong. gue mimpiin lo terus.
el: rahasia apa lg yg lu sembunyiin? ya soalnya gue keingetan lu terus-terusan.
inji: iya, sampe kebawa mimpi.
intan: saya bisa apa?
inji: ya kalo sama sama ngerasa mah.  sedih ya ngeliat lo pergi.
el: pengennya sih lu disini terus.
intan: ya kan udah sama-sama tau. nanti lagi aja lanjut ngobrolnya, besok besok lagi bisa kok.
kath: crawling back to you
el: pernah mikir ngasih tau ke gue gak sih yaaa walopun dikit. gue sih pengennya gitu.
inji: ya paling gue begini soalnya obsessed sama lo dan lupa ke yang lainnya.
el: nah gue mikirnya kayak gitu.
inji: emang lu berani?
el: gue cuman pengen tau, lu masih buka kesempatan apa kaga? lu nutupnya kapan?
intan: kalem. maaf kalo motong, tapi tiba-tiba saya ingin memberinya kecupan, sebelum saya pergi.
inji: gue ga nyangka kalo lo sepikiran sama gue.
el: sebenernya sih gue pengen kita bareng. yaaa kalo itu lu nya juga mau.
intan: ya... saya bisa apa?
--

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paranoia #01

Dipertemukan dengan kalkulus rasanya seperti melihat bom waktu atau microwave. Bahkan lebih mirip seperti memegang batang bunga euphorbia. Sakit. Tapi teradiksi. Mendadak, kilatan putih menari-nari di hadapannya. Listrik yang berbentuk gumpalan rambut bercabang menari di atas kepalanya. Petir, begitu manusia menyebutnya. Inji begitu gundah, diiringi irama tubuh kerajaan awan, suara hujan mengantarnya ke dimensi lain. Dimana dimensi tersebut Ia dapat melihat tarian petir itu makin progresif. Sekali lagi, Inji mengalami halusinasi. Angka-angka di dalam modul matematikanya bergerak, berpindah keluar dari halaman buku. Awalnya mereka ramai berkerumun, kemudian membentuk barisan dan kembali lagi ke tempat masing-masing sambil menyanyikan lagu berbahasa Rusia. Mereka pikir, ini adalah medan perang. Mungkin ada benarnya. Mereka berusaha memberitahuku. Ini perang, pikirnya dalam-dalam kemudian teringat kuis dosennya yang diadakan esok pagi. "Terima kasih, kartesius." bisiknya ge...

Want what you have

Society says when you have these things, you'll be happy. What have you wanted desperately for years...and finally gotten?  Remember what it was like not having it? Now think about what it is like having it. Ready to die happy?  ...Me either. Happiness does not come from getting you want. You'll feel happier when you want what you get. In other words, you're content with what you have now. The less I want. The more I get. The exact opposite way most of the society operates.  Life is full of paradoxes, isn't it?